4 Alternatif Pendanaan untuk Membiayai Proses IPO

Bagikan artikel

Banyak perusahaan sebenarnya sudah siap untuk Go Public, tapi masih tertahan karena biaya proses IPO yang dianggap tinggi.
Padahal, membiayai proses IPO tidak mesti sepenuhnya menggunakan dana internal perusahaan.

Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan bisa menjalani seluruh proses IPO tanpa mengganggu kas operasional — bahkan memperkuat valuasinya sebelum listing.

Membiayai Proses IPO

Proses IPO membutuhkan biaya yang untuk audit dan laporan keuangan, legal due diligence, valuasi, underwriter, biaya bursa dan OJK, serta biaya profesional lainnya.
Totalnya bisa mencapai Rp4–5 miliar tergantung ukuran dan kompleksitas bisnis.

Bagi beberapa perusahaan, angka ini dianggap tinggi karena keterbatasan cash flow yang ketat untuk diputar dalam bisnis.

Karena itu, seorang pengusaha yang ingin IPO perlu mengetahui apa saja sumber pendanaan untuk membiayai proses IPO supaya struktur keuangannya tetap sehat.

1. Pendanaan Internal (Laba Ditahan)

Ini adalah sumber pendanaan paling konservatif dan paling minim risiko karena tidak melibatkan pihak luar.

Perusahaan menggunakan sebagian laba ditahan atau kas internal untuk membiayai seluruh persiapan IPO

Cocok untuk:
Perusahaan yang sudah stabil, profit tinggi, dan ingin mempertahankan kepemilikan penuh tanpa melibatkan pihak luar.

2. Pendanaan Pre-IPO (Konsorsium Investor)

Investor pre-IPO biasanya masuk 1–3 tahun sebelum perusahaan IPO.

Skema ini sering disebut pre-IPO funding, di mana konsorsium investor atau private investor membeli sebagian saham dengan harga yang disepakati sebelum IPO.

Dana dari investor pre-IPO dapat digunakan untuk:

  • Menambah modal kerja sehingga mempercepat pertumbuhan bisnis.
  • Membiayai proses IPO di depan.

memberikan dana segar untuk membiayai proses persiapan — sekaligus membantu memperbaiki tata kelola dan valuasi.

Cocok untuk:
Perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan tinggi dan sudah dalam tahap persiapan IPO (1–3 tahun sebelum listing).

3. Strategic Partner (Mitra Strategis)

Dalam beberapa kasus, perusahaan bisa mencari partner strategis yang bersedia untuk mendanai proyek atau ekspansi tertentu, dengan harapan meningkatkan valuasi perusahaan sebelum IPO.

Cocok untuk:
Perusahaan di sektor capital intensive (padat modal) seperti manufaktur, energi, logistik, dan infrastruktur yang ingin memperkuat pondasi bisnisnya sebelum IPO.

4. Pendanaan Hybrid (Mezzanine Financing)

Investor memberikan dana dalam bentuk pinjaman jangka pendek yang bisa dikonversi menjadi saham dengan harga tertentu.

Metode ini digunakan oleh perusahaan yang membutuhkan dana cepat tapi belum ingin langsung menjual saham. Namun metode ini masih jarang digunakan di Indonesia.

Cocok untuk:
Perusahaan yang sedang bertumbuh cepat dan memerlukan dana jangka pendek, tapi belum ingin menjual sahamnya sekarang karena valuasi yang masih terlalu rendah.

Membiayai proses IPO tidak harus mengganggu kas perusahaan.

Dengan memilih sumber pendanaan yang tepat, perusahaan bisa menyiapkan seluruh kebutuhan IPO atau bahkan meningkatkan valuasinya sebelum listing.

Jika Anda ingin membawa perusahaan Anda ke bursa tapi masih terbatas oleh biaya, mulailah mencari tahu peluang dengan pendanaan pre-IPO.

Bagikan artikel
Butuh konsultasi untuk IPO?